STOP Pneumonia, Pembunuh Bayi dan Balita di Indonesia

Air mata tak terbendung saat aku meninggalkan ruang NICU. Suara tangisan bayi di balik pintu membuat hatiku teriris. Namun, perawat dengan lembut menasihatiku, “Sebaiknya ibu keluar saja. Kalau ibu tidak tenang, jarum infusnya susah dipasang.” Rasanya sulit untuk meninggalkan bayi kecilku di sana, tetapi aku tahu itu yang terbaik untuknya. Malam itu menjadi malam pertama anakku, SID, tidur di NICU karena pneumonia.

Aku belajar banyak tentang arti ikhlas ketika anakku, baru berusia 10 hari, didiagnosis menderita pneumonia. Awalnya, aku tidak menganggap serius gejala flu dan batuknya. Namun, dengan cepat sakitnya berkembang menjadi pneumonia, dan dokter mengingatkanku bahwa penyakit ini bisa menjadi fatal jika tidak ditangani dengan serius.

Selama empat hari SID dirawat di rumah sakit, aktivitasku hanya terdiri dari memerah ASI, pergi ke rumah sakit, dan memerah ASI lagi. Aku menyadari bahwa dokter menekankan pentingnya ASI untuk pemulihan anakku. Oleh karena itu, aku berusaha keras untuk memerah ASI setiap dua jam sekali, bahkan di malam hari pun aku menetapkan alarm agar tidak ketinggalan.

Kehadiranku di ruang NICU setiap pagi dan sore memberiku kesempatan untuk menggendong, menceritakan berbagai hal, dan mendoakan kesembuhan SID. Meskipun hanya berdurasi singkat, setiap kunjungan itu sangat berharga bagi kami.

Pentingnya Kesadaran akan Pneumonia pada Anak

Pengalaman itu mengajarkan saya untuk tidak menganggap sepele flu dan batuk pada anak-anak, karena itu bisa menjadi gejala awal pneumonia. Dalam sebuah talkshow yang saya ikuti, saya mengetahui fakta menyedihkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada balita di Indonesia.

Pneumonia bukanlah penyakit biasa; itu bisa menjadi serius dan berbahaya. Dr. Madeleine Ramdhani Jasin menjelaskan bahwa pneumonia adalah infeksi akut pada sistem pernapasan bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme. Gejalanya meliputi demam, batuk, pilek, dan sesak napas, yang dapat sangat berbahaya jika tidak segera ditangani.

Dalam sebuah penelitian di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Bandung, ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pneumonia masih kurang, dan banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ini, seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan akses yang terbatas terhadap air bersih.

Peran Orang Tua dalam Mencegah Pneumonia pada Anak

Meningkatkan kesadaran akan pneumonia dan peran orang tua dalam mencegahnya menjadi sangat penting. Orang tua perlu memahami gejala pneumonia, mencegah polusi udara, memberikan ASI eksklusif, memberikan imunisasi lengkap, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Selain itu, peran ayah dalam mendukung kesehatan anak juga sangat penting, mulai dari membantu istri hingga memastikan jaminan kesehatan keluarga terpenuhi.

Melalui kampanye “STOP Pneumonia”, Save the Children berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pneumonia dan mendorong langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Pengalaman pribadi yang saya alami dengan anakku mengingatkan saya akan pentingnya kesadaran akan kesehatan anak dan pentingnya tindakan pencegahan. Mari bersama-sama “Merdeka dari Pneumonia” dan memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan bahagia.