Pesugihan merupakan praktik mistis yang diyakini dapat memberikan kekayaan bagi pelakuknya. Artikel ini akan menceritakan kisah pelaku pesugihan kambing bubrah yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran berharga dalam hidup kita.
Di sebuah desa di lereng gunung yang tidak mungkin disebutkan namanya dengan jelas, hiduplah seorang pria sebut saja Sentono. Ia merupakan pria paruh baya yang hidup serba kekurangan dan hanya bekerja sebagai buruh tani di kampungnya.
Sentono telah berkeluarga dan memiliki dua anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil-kecil. Sebagai seorang buruh harian lepas, terkadang Sentono tidak bekerja lantaran tidak ada penduduk desa yang memintanya untuk membantu pekerjaan ladang.
Dulu Sentono pernah mencoba untuk berdagang binatang ternak seperti ayam, bebek, dan kelinci. Namun karena apes, bukannya untung usaha Sentono malah buntung akibat ternak yang ia beli mati semua di keranjang.
Kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan telah membuat Sentono frustasi, tak jarang ia bertengkar dengan instrinya lantaran masalah ekonomi.
Suatu ketika, terbesit di benak Sentono untuk kembali berdagang demi memperbaiki ekonomi keluarganya. Namun kali ini ia tidak lagi tertarik untuk berdagang hewan ternak melainkan berdagang sayur mayur.
Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Sentono bertekat pergi ke kota untuk mencari sahabat kecilnya yang bernama Marijo. Kali saja Marijo mau memberi utangan untuk modal usaha. Konon Marijo yang merupakan sahabat kecil Sentono telah menjadi orang sukses dan tinggal di kota.
Setelah berpamitan pada istrinya dan mengutarakan keinginannya. Sentono pergi ke kota mencari Marijo dengan menumpang gerobak tetangganya yang biasa digunakan masyarakat sekitar mengangkut hasil ladang ke pasar.
Singkat cerita, Sentono telah bertemu Marijo di rumahnya. Betapa terkesima hati Sentono melihat sahabat kecilnya tersebut sukses luar biasa.
Dalam hatinya ia tak percaya, rumah magrong-magrong bak istana dengan halaman luas yang ia kunjungi saat ini merupakan rumah Marijo teman mencari kayu bakar di hutan waktu kecil dulu.
Setelah menceritakan kondisinya dan keluarga, Sentono mengutarakan kedatangannya untuk mencari utangan sebagai modal usaha di kampung.
Karena merasa iba dengan kehidupan sahabat kecilnya tersebut akhirnya Marijo mau memberikan modal kepada Sentono, namun dengan syarat.
Marijo mulai menceritakan perihal perjuangannya dalam mencapai kesuksesan seperti yang ia miliki saat ini. Salah satunya ialah dengan laku ritual, belakangan Marijo menawarkan pada Sentono untuk melakukan ritual yang sama dengannya yakni dengan menjalankan pesugihan kambing bubrah.
Pesugihan kambing bubrah merupakan ritual yang dilakukan di sebuah goa di tengah hutan yang bernama goa Kambing bubrah. Karena tergiur oleh Marijo, Sentono pun mengiyakan untuk melakukan ritual serupa dengan nya.
Ritual Pesugihan Kambing Bubrah
Setelah bermalam di rumah Marijo, keesokan harinya Sentono diantarkan oleh Marijo menuju rumah juru kunci Goa Kambing Bubrah. Disana Sentono menghadap langsung pada juru kunci yang bernama Mbah Supo.
Mbah Supo mengajak Sentono ke sebuah Goa di tengah hutan yang disebut Goa Kambing Bubrah. Konon Goa itu dihuni oleh siluman kambing yang beringas, yang bisa memberikan kekayaan kepada siapa pun yang berani menghadapinya dengan persyaratan tertentu.
Dengan hati-hati dan penuh ketakutan, Sentono setuju untuk melakukan pesugihan tersebut demi keberlangsungan hidup keluarganya. Mbah Supo memberi tahu Sentono tentang ritual yang harus dia lakukan di dalam Goa, termasuk memberi sesajen dan menjalani ritual khusus di depan batu menyerupai kambing yang berukuran besar.
Setelah melewati serangkaian ritual yang mencekam dan menakutkan, Sentono keluar dari Goa dengan gemetar. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi dia memiliki perasaan campuran antara harapan dan ketakutan.
Beberapa hari berlalu Sentono mulai menjalankan usahanya bermodalkan uang pinjaman dari Marijo. Ia menjadi pengepul hasil bumi baik sayuran dan ubi-ubian dari masyarakat sekitar dan menjualnya kembali ke kota.
Dalam waktu singkat, usaha Sentono semakin terlihat keberhasilannya. Dagangannya selalu habis, bahkan belakangan Sentono menjadi pemasok sayuran di berbagai restoran dan hotel besar.
Seiring keberhasilannya dalam berbisnis, kondisi keluarganya pun semakin makmur. Rumah yang dulunya reot mulai berubah menjadi rumah magrong-magrong. Sawah dan pekarangan puluhan hektar juga berhasil ia beli.
Karena kesuksesaannya tersebut, pria yang dulunya sering jadi cibiran tetangga kini mulai terkenal sebagai juragan dan tuan tanah.
Kehidupannya telah berubah 180 derajat menjadi orang kaya raya, dengan harta berlimpah. Bisnisnya semakin merambah semakin banyak dan besar.
Istri dan kedua anaknya serba kecukupan dan hidup glamor melebihi kehidupan masyarakat desa pada umumnya.
Namun sebagai imbalannya, Sentono tidak boleh lupa untuk tetap melakukan ritual persembahan setiap malam selasa kliwon di Goa Kambing Bubrah sebagai sarana mempertahankan kekayaannya.
Pernah suatu hari, Sentono lupa melakukan ritual persembahan di malam selasa kliwon. Akibatnya ia dihantui oleh siluman Kambing yang memintanya untuk segera datang ke Goa. Setelah mendatangi Goa tersebut Sentono harus memilih dua pilihan yakni mempersembahkan kambing jantan utuknya atau kekayaannya akan musnah kembali.
Mendengar hal tersebut, Sentono sepakat untuk memberikan persembahan kambing jantan untuk siluman Goa.
Singkat cerita, ketika Sentono pulang dari ritual ia mendapati rumahnya telah ramai banyak didatangi tetangga dan kerabat. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui tetangga berdatangan ke rumahnya untuk melayat karena anak lelakinya telah meninggal dunia lantaran tenggelam di sungai sewaktu main bersama teman-temannya.
Sedih dan hancur berkecamuk di dalam pikiran Sentono, ternyata kambing jantan yang menjadi syarat penunggu Goa Kambing Bubrah merupakan kiasan dari anak lelakinya.
Sentono menyadari bahwa dia telah membayar harga yang sangat mahal untuk keserakahan dan keputusasaannya. Dia memutuskan untuk kembali ke Goa Kambing Bubrah untuk mencari bantuan Mbah Supo dalam mengakhiri persekutuannya dengan siluman.
Namun, ketika dia tiba di rumah Mbah Supo, dia menemukan bahwa Mbah Supo sudah tiada. Akhirnya ia bertekat mendatangi kembali Goa Kambing Bubrah untuk memutuskan persekutuannya dengan siluman. Hanya ada sunyi dan gelap yang menunggunya di dalam Goa tersebut. Tanpa bantuan apa pun, Sentono harus berjuang sendiri menghadapi konsekuensi dari perjanjian yang dia buat.
Dengan hati yang berat, Sentono bertekad untuk memperbaiki kesalahannya dan mencari jalan keluar dari kutukan yang dia timbulkan. Dia belajar bahwa kekayaan sejati bukanlah materi dan harta benda, tetapi kebahagiaan dan kedamaian dalam hati.
Dari hari itu, Sentono hidup sederhana dan bekerja bersama dengan alam. Dia memanen apa yang cukup untuk keluarganya dan belajar untuk bersyukur atas apa yang dia miliki. Meskipun ia masih menghadapi kesulitan, Sentono menemukan kekuatan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidupnya yang baru ditemukan.
Itulah kisah pegusihan kambing bubrah Sentono yang bisa kita petik pelajaran untuk terus memperkuat keimanan dan menjauhi sekutu dengan siluman.