Begini Peran Orang Tua jika Anak Menunjukkan Gejala Pneumonia

Organisasi dunia untuk kesejahteraan anak (UNICEF) menyebut pneumonia sebagai “pembunuh anak yang terlupakan”. Label tersebut berdasarkan data laporan tahunan yang menempatkan pneumonia dalam tiga besar penyebab kematian anak tertinggi.
Pada catatan UNICEF tahun 2018, pneumonia menjadi penyebab utama infeksi kematian pada anak-anak di bawah lima tahun. Setiap harinya ada sekitar 2.400 anak di dunia yang meninggal karena pneumonia.
Kepekaan orangtua dalam mengenali tanda-tanda pneumonia pada anak sangat diperlukan. Simak ulasan berikut.
Gejala pneumonia pada anak yang perlu diwaspadai
Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada paru-paru. Pneumonia bisa disebabkan oleh beberapa mikroorganisme, yakni jamur, bakteri, ataupun virus.
Infeksi ini diawali dengan gangguan sistem pernapasan bagian atas, yakni hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut akan berpindah menuju paru-paru yang kemudian menghambat asupan oksigen ke paru. Kondisi ini akan membuat penderitanya kesulitan bernapas.
Pneumonia pada anak ditandai dengan gejala batuk, hidung tersumbat, dan kesulitan bernapas. Gejala umum lainnya yakni demam, muntah, dan ritme bernapas menjadi cepat yang biasanya disertai dengan suara mengi saat menarik napas.
Untuk mengetahui napas cepat pada anak, coba lihat dada dan hitung gerakan napasnya selama satu menit. Kategori napas cepat pada anak yakni jika:
Usia < 2 bulan: 60x atau lebih per menit.
Usia 2 bulan – < 12 bulan: 50x atau lebih per menit.
Usia 12 bulan – 59 bulan: 40x atau lebih per menit.
Berikut beberapa gejala yang perlu orangtua waspadai:
- Demam
- Batuk, baik kering maupun batuk berdahak.
- Sult bernapas. Umumnya anak tetap akan merasakan kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.
- Bernapas dengan tempo cepat.
- Nyeri pada perut yang bisa terjadi karena usaha anak yang terlalu keras untuk bernapas secara normal.
- Muntah-muntah.
- Rasa nyeri pada bagian dada.
- Penurunan aktivitas.
- Kehilangan nafsu makan.
- Pada kondisi yang lebih parah, warna bibir dan kuku anak akan membiru.
Untuk anak usia balita, perburukan gejalanya kerap ditandai dengan perilaku gelisah, tidak mau makan/minum, kejang dengan bibir kebiruan, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Berat atau ringannya gejala pneumonia berbeda-beda pada setiap anak. Gejala lebih buruk kemungkinan terjadi pada anak yang memiliki penyakit penyerta kronis kambuhan seperti jantung atau asma.
Selain itu, jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, atau virus) yang menginfeksi juga memengaruhi berat atau ringannya gejala yang timbul.
Orangtua sebaiknya sigap membawa anak ke dokter ketika anak tampak bernapas dengan ritme cepat, tidak teratur, dan terlihat tidak nyaman. Ini bisa menjadi gejala pneumonia.
Mengenali gejala pneumonia dan sigap mencari pertolongan medis adalah langkah awal dalam mengurangi tingkat kesakitan dan kematian anak.
Waspadai anak yang rentan terkena pneumonia
Anak sehat memiliki pertahanan tubuh alami yang dapat melindungi paru-parunya dari mikroorganisme penyebab pneumonia. Sistem imun yang terganggu bisa melemahkan perlindungan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
Anak yang rentan terserang pneumonia di antaranya:
- Anak yang kurang ternutrisi. Kondisi kurang ternutrisi ini terutama bagi anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
- Anak-anak dengan penyakit penyerta seperti AIDS atau campak.
- Sejumlah faktor lingkungan, seperti orangtua yang merokok ataupun polusi udara.
ASI menjadi faktor penting dalam mengurangi kerentanan anak dari risiko pneumonia. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita hingga mencapai 20%. (Ulfa/Hellosehat)
Sumber:
- A child dies of pneumonia every 39 seconds. Retrieved 17 July 2020 from: https://data.unicef.org/topic/child-health/pneumonia/
- UNICEF/WHO. (2006). Pneumonia: The forgotten killer of children. Retrieved 17 July 2020.
Pneumonia, Gejala Pneumonia, Pneumonia, Pneumonia pada anak, Pneumonia di indonesia, Penderita Pneumonia, Coronavirus (COVID-19), pencegahan covid 19,Imunisasi, ASI, MPASI, ASI Ekslusif, CTPS, Cuci Tangan Pakai Sabun, STOP Merokok, IDAI, FKUI-RSCM, KEMENKES, Save the Children